Bagaimana Allah SWT menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah hancur? Dan apa makna dari “Kun Fayakun”? Simak penjelasannya berikut ini.
Lanjutan Terjemah TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 77) karya Syekh Hamami Zada, semoga Alloh SWT meninggikan derajat beliau bersama leluhur dan keturunanya. Aamiin
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Bismillâĥirrohmânirrohîm
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
Allôĥumma Sholli Âlâ Sayyidinâ Muhammad, Allôĥumma Sholli Âlâyĥi wa Sallim
TAFSIR AYAT KE-78
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَّنَسِيَ خَلْقَهٗ قَالَ مَنْ يُّحْيِ اْلعِظٰمَ وَهِيَ رَمِيْمٌ.
Wadhoroba Lanâ Matsalan(w) Wanasiya Kholqoĥû Qôla Man(y) Yuhyil ‘Izhôma Waĥiya Romîm(un).
(78) Dan Dia membuat perumpamaan bagi Kamu; dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”
Menolak adanya kekuasaan Allah SWT untuk menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati seperti sedia kala merupakan tindakan yang aneh. Penolakan itu seperti menyatakan sendiri kelemahannya, dengan tidak pernah memikirkan proses penciptaannya sendiri.
TAFSIR AYAT KE-79
قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْۤ أَنْشَأَهَآ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَّهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيْمٌ.
Qul Yuhyîĥal Ladzî An(g)sya-aĥâ Awwala Marrotin(w) Waĥuwa Bikulli Kholqin ‘Alîm[un].
(79) Katakanlah, “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.”
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan berita kepada Ubay bin Kholaf, “Yang mampu menghidupkan tulang-tulang yang sudah hancur itu adalah Dzat yang telah menciptakannya pada penciptaan yang pertama kali. Dialah Yang Maha Mengetahui akan semua makhluk-Nya. Dialah Maha Pencipta yang telah menciptakan berbagai bentuk dari setetes air mani. Kenapa dia menganggap Allah SWT tidak kuasa untuk menciptakan makhluk dari tanah? Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
TAFSIR AYAT KE-80
الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمْ مِّنَ الشَّجَرِ اْلأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَآ أَنْتُمْ مِّنْهُ تُوْقِدُوْنَ.
(A)lladzî Ja’ala Lakum Minasy Syajaril Akhdhori Nâron(g) Faidzâ An(g)tum Minĥu Tûqidûn[a].
(80) Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau; maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.
Ibn Abbas mengatakan bahwa ada dua jenis kayu di daratan, yaitu kayu marikh dan ifar. Barang siapa yang ingin menyalakan api, hendaklah ia memotong dahan dari keduanya dan menjadikanya seperti penggosok. Keduanya merupakan kayu yang hijau yang mengandung air. Kemudian, kayu marikh digosokkan di atas kayu ifar, maka dengan kehendak Allah SWT akan keluar api dari gosokan itu.
Ada orang Arab yang mengatakan bahwa setiap pohon mengandung unsur api. Jika tidak, maka kayu marikh dan ifar ridak akanmengeluarkan air.
Para Hukama’ (orang-orang yang perkataan dan perbuatannya sesuai/bijak) menyatakan bahwa setiap pohon mengandung unsur api, kecuali anggur. Karenanya, Dzat Yang Maha Kuasa untuk menyatukan unsur api dan air pada sesuatu, berarti tidak diragukan lagi, Dia Maha Kuasa untuk menghidupkan yang mati.
TAFSIR AYAT KE-81
أَوَلَيْسَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلٰىۤ أَنْ يَّخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلٰى وَهُوَ اْلخَلّٰقُ اْلعَلِيْمُ.
Awalaysal Ladzî Kholaqos Samâwâti wal Ardho Biqôdirin ‘Alâ An(y) Yakhluqo Miitslaĥum, Balâ Waĥuwal Khollâqul ‘Alîm[u].
(81) Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa, dan Dia-lah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
Benarlah, Allah Maha Kuasa untuk menciptakan satu makhluk yang sama seperti pada penciptaan pertamanya. Dia lah yang Maha Mengetahui seluruh makhluk yang telah diciptakan-Nya. Dialah Dzat yang berkuasa untuk menciptakan langit dan bumi. Bukankah Dzat yang berkuasa untuk menciptakan manusia setelah mati pasti Dia berkuasa pula atas segala sesuatu?
TAFSIR AYAT KE-82
إِنَّمَآ أَمْرُهٗۤ إِذَآ أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ.
Innamâ Amruĥû Idzâ Arâda Syay-an An(y) Yaqûla Laĥû Kun(g) Fayakûn[u].
(82) Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka terjadilah ia.
Jika Allah SWT berkehendak untuk membuat sesuatu dari ketiadaan menjadi ada, maka dengan tanpa membutuhkan peralatan atau pun bantuan, Dia hanya berfirman, “Jadilah!” maka sesuatu itu pasti akan jadi seketika itu juga tanpa ada sedikit pun waktu penangguhan.
Yang dimaksud dengan kata Kun (jadilah!) adalah sebuah pernyataan keindahan. Disebutkan dalam tafsir al-Taisir, yang dimaksud dengan kata itu bukan berarti Allah SWT mengucapkannya, tetapi sebagai gambaran cepatnya kekuasaan Allah SWT dalam menciptakan segala macam makhluk-Nya. Sehingga jika diukur dengan kata itu pun, kecepatan-Nya tidak bisa ditandingi.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa kata itu merupakan kata yang biasa diucapkan Allah SWT, sehingga ketika para malaikat mendengar kata itu, mereka mengetahui bahwa Dia menciptakan sesuatu.
TAFSIR AYAT KE-83
فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ.
Fasubhânal Ladzî Biyadiĥî Malakûtu Kulli Syay-in(w) Wailayĥi Turja’ûn[a].
(83) Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu; dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
Kata Subhaana (Maha Suci) merupakan bentuk pensucian (Tanziih). Sedangkan kata Malakuut bermakna Mulk (kekuasaan), seperti halnya kata Rahamuut yang bermakna Rahmat (kasih sayang). Artinya, semua kerajaan dan kekuasaan adalah milik Allah SWT, bukan milik selain-Nya.
Di hari kiamat nanti, semua makhluk akan dikembalikan kepada Allah SWT dengan membawa semua amal perbuatannya. Mereka akan dibalas sesuai dengan perbuatannya itu; jika perbuatannya baik maka baik pula balasannya, dan jika pebuatannya jelek maka jelek pula balasan yang akan diterimanya. Pada saat itulah Allah SWT memberikan balasan kenikmatan kepada orang-orang soleh dan siksaan bagi orang-orang yang berbuat dzalim dan maksiat.
Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda:
اِقْرَؤُا عَلَى مَوْتَاكُمْ سُوْرَةَ يس
“Bacalah surat Yasin untuk orang-orang yang mati diantara kalian!”
Wallohu A’lam Bimurodih.
Semoga bermanfaat.