Press "Enter" to skip to content

TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 33 – 35)

0

Lanjutan Terjemah TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 28 – 32) karya Syekh Hamami Zada, semoga derajat beliau bersama luluhur dan keturunanya ditinggikan oleh Alloh SWT. Aamiin

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillâĥirrohmânirrohîm

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Allôĥumma Sholli Âlâ Sayyidinâ Muhammad, Allôĥumma Sholli Âlâyĥi wa Sallim

SURAT YASIN

AYAT 33 – 35

وَءَايَةٌ لَّهُمُ اْلأَرْضُ اْلمَيْتَةُ أَحْيَيْنٰهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُوْنَ.

Wa-âyatun(l) Laĥumul Ardhul Maytatu Ahyaynâĥâ wa-Akhrojnâ Minĥâ Habban(g) Faminĥu Ya`kulûn[a].

(33) Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka, adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.

Ayat ini diturunkan ketika orang-orang kafir tetap tidak mau mengakui keesaan Allah SWT. Dalam ayat itu, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menghidupkan bumi yang mati, yaitu dengan hujan. Karena dengan hujan, tumbuhlah gandum, kacang-kacangan dan yang lainnya. Dari tumbuh-tumbuhan itu ada sebagian yang dapat dimakan oleh makhluk. Keadaan seperti ini merupakan pertanda bagi semua hamba bahwa Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan bumi yang mati gersang dengan menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dengan perantaraan hujan. Demikian juga Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan yang mati dari kuburnya pada hari kiamat nanti. Itulah kekuasaan Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu dalam kekuasaan-Nya itu.

وَجَعَلْنَا فِيْهَا جَنّٰتٍ مِّنْ نَخِيْلٍ وَّأَعْنٰبٍ وَّفَجَّرْنَا فِيْهَا مِنَ اْلعُيُوْنِ. لِيَأْكُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيْهِمْ أَفَلَا يَشْكُرُوْنَ.

Wa-Ja’alnâ Fîĥâ Jannâtin(m) min Nakhîlin(w) Wa-A’nâbin(w) wa Fajjarnâ Fîĥâ minal ‘Uyûn[i]. Liya`kulû min(g) Tsamariĥî wamâ ‘Amilatĥu Aydîĥim Afalâ Yasykurûn[a].

(34) Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur; dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air. (35) Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?

Segala jenis buah-buahan yang terdapat di muka bumi ini muncul dengan perantaraan air. Manusia juga bisa bercocok tanam dengan air itu, sehingga mereka bisa memakan apa yang mereka usahakan tersebut. Ada juga tanaman yang bisa dimakan oleh manusia tanpa harus ditanam terlebih dahulu. Ada pendapat yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata al-‘uyuun (mata air) itu adalah sungai-sungai yang terdapat di muka bumi seperti sungai Efrat, Nil, dan sebagainya.

Semua itu adalah nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Dan itu merupakan petunjuk atas keesaan-Nya dan atas adanya hari kiamat. Tumbuhnya segala macam tanaman dengan perantaraan air pada musim semi di muka bumi yang tadinya mati, lalu kembali mati pada musim panas, merupakan petunjuk bahwa Allah Maha Esa, tidak ada yang bisa memaksa dan juga menyuruh atas apa yang akan diperbuat-Nya. Dialah yang berhak menentukan apa yang hendak dikerjakan-Nya. Dialah Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa.

وَفِيْ كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةُ                تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ اْلوَاحِدُ

Dalam segala sesuatu itu terdapat tanda

Yang menunjukkan bahwa Allah Maha Esa

Jika Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan kembali bumi yang mati pada musim semi, maka sesungguhnya Dia Maha Kuasa untuk menghidupkan semua yang mati pada hari kiamat, tanpa ada keraguan sedikit pun. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّبِيْعَ فَاذْكُرُوا النُّشُوْرَ

“Jika kalian memperhatikan musim semi, maka ingatlah akan hari ketika kalian dibangkitkan dari kubur.”

Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW menyerupakan musim semi dengan hari kebangkitan. Ada sepuluh kesamaan yang terdapat dalam keduanya. Pertama, segala macam tumbuhan akan muncul di muka bumi pada musim semi seperti bangkitnya semua makhluk yang mati dari dasar bumi pada hari kebangkitan.

Kedua, musim semi digunakan sebagai musim istirahat bagi sebagian orang meskipun ada orang-orang yang merasa dirugikan dengan kedatangan musim semi itu karena datangnya berbagai macam penyakit; demikian juga dengan hari kebangkitan, hari dimana sebagian makhluk ada yang diberi kebahagiaan dan sebagian lagi ada dalam kesengsaraan.

Ketiga, orang bisa saja memakan makanan yang dingin di musim panas, tetapi jika dimakan pada musim semi maka akan mencelakakannya; demikian juga dengan hari kebangkitan, siapa saja yang meminum atau memakan barang yang haram di dunia, maka di hari kebangkitan dia akan disiksa dalam keadaan yang sangat hina.

Keempat, banyak orang yang menyebar benih pada musim semi, namun tidak sedikit benih itu mati karena cuaca yang tidak menentu; demikian juga pada hari kebangkitan, banyak amal soleh menjadi sia-sia karena diiringi dengan kemaksiatan, kekufuran, dan riya.

Kelima, pada musim semi banyak orang yang berekreasi di berbagai tempat bersama keluarga atau teman-temannya; demikian juga pada hari kebangkitan, orang-orang yang memiliki sifat ikhlas akan bersama dengan orang-orang yang soleh.

Keenam, angin pada musim semi bisa bermanfaat bagi sebagian orang, namun bagi sebagian lainnya sangat mengganggu; demikian juga pada hari kebangkitan, jika angin kebahagiaan dan kesengsaraan telah ditiupkan, maka sebagian orang akan bersuka cita dan sebagian lagi berduka cita.

Ketujuh, pada musim semi banyak tumbuhan menghijau dengan dedaunan setelah sebelumnya mengalami kekeringan; demikian juga dengan hari kebangkitan, orang-orang yang suka beribadah dan zuhud di dunia akan memakai pakaian takwa dan ibadah dengan mahkota kemuliaan dan dihiasi keagungan, sedangkan orang-orang yang ibadahnya kekeringan tidak akan bisa mendapatkan buah ibadah, mereka bertelanjang karena tidak ada keimanan dalam diri mereka.

Kedelapan, orang yang menanam satu tanaman di musim semi akan bergembira hati karena tanamannya akan jadi dan tumbuh, sedang orang yang tidak menanam akan merasa rugi; demikian pula di hari kebangkitan, orang-orang yang suka beribadah karena taat kepada Allah akan merasakan kesenangan, sedangkan orang-orang yang tidak pernah beribadah akan merasakan kerugian yang sangat.

Kesembilan, jika seseorang menanam di musim panas maka tanamannya akan tumbuh di musim semi; demikian juga di hari kebangkitan, jika seseorang beramal baik di dunia, maka ia akan mendapatkan kebaikan itu di akhirat dengan balasan kesenangan, sebaliknya orang yang berbuat jelek, akan mendapatkan kejelekan (siksa) di akhirat, karena dunia merupakan ladangnya akhirat.

Kesepuluh, di musim semi bumi dihiasi bunga-bunga yang beraneka ragam dan dalam berbagai bentuk, mulai dari yang berwarna merah, kuning, putih, hitam, dan sebagainya; demikian juga di hari kebangkitan, pada saat itu akan tampak keikhlasan, tawakkal, kecintaan, ketakutan, kekufuran, dan kemunafikan.

Bersambung ….

Tinggalkan Balasan