Press "Enter" to skip to content

TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 37)

0

Lanjutan Terjemah TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 36) karya Syekh Hamami Zada, semoga derajat beliau bersama leluhur dan keturunanya ditinggikan oleh Alloh SWT. Aamiin

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillâĥirrohmânirrohîm

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Allôĥumma Sholli Âlâ Sayyidinâ Muhammad, Allôĥumma Sholli Âlâyĥi wa Sallim

SURAT YASIN

AYAT 37

وَءَايَةٌ لَّهُمُ الَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُّظْلِمُوْنَ.

Wa-âyatun(l) Laĥumul Laylu Naslakhu Minĥun Naĥâro Faidzâ Ĥum Muzhlimûn[a].

(37) Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.

Ayat ini merupakan bukti kekuasaan dan keesaan Allah SWT. Dia Maha Kuasa untuk menggantikan siang dengan malam, sehingga manusia akan menemukan kegelapan di malam itu. asal dari kehidupan ini adalah kegelapan, kemudian Allah memasukkan siang kepada malam. Dan jika matahari telah terbenam, maka hilanglah siang dan muncullah kegelapan malam. Dengan demikian siang merupakan cabang dari malam.

Jika ada yang menanyakan, siang ataukah malam yang lebih baik? Maka jawabannya adalah malam yang lebih baik, karena malam diciptakan dari bagian surga, sedangkan siang diciptakan dari bagian neraka. Disebutkan dalam sebuah atsar (perkataan para sahabat), bahwa di surga ada bagian yang terang dan di neraka ada bagian yang gelap, kemudian Allah SWT mengumpulkan semua bagian surga yang gelap dan diciptakanlah darinya malam, sehingga akhirnya di surga tidak ada sedikit pun bagian yang gelap. Dia juga mengumpulkan semua bagian yang terang dari neraka, lalu dijadikanlah darinya siang, sehingga tidak ada sedikit pun bagian yang terang di neraka, semua bagiannya gelap gulita.

Oleh karena itu, siang sering dijadikan orang untuk melakukan maksiat, sedangkan malam merupakan waktunya untuk memohon ampunan, merendahkan diri di hadapan Allah SWT dan waktunya menyesali perbuatan yang dilakukan. Pada malam hari, semua kejelekan dan kekurangan tertutupi, sedangkan di siang hari semuanya akan terungkap. Malam merupakan perjalanan orang-orang yang merindukan Allah SWT, sehingga mereka mengharapkan kehidupan akan tetap dalam kegelapan malam. Siang merupakan pasarnya orang-orang yang terlena dalam kehidupan dunia, sedangkan malam merupakan pasarnya orang-orang yang merindukan kehidupan akhirat yang kekal. Bukankah nabi Ibrahim AS melakukan proses pencarian Allah SWT di malam hari? Seperti yang disampaikan oleh Allah SWT dalam ayat:

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَءَا كَوْكَبًا

“Dan ketika malam telah gelap, ia (Ibrahim) melihat bintang.” (Q.S. Al-An’am : 76)

Demikian juga para malaikat mendengar suara nabi Yunus AS bertasbih dalam perut ikan hiu di malam hari. Seperti firman-Nya:

فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ أَنْ لَّآ إِلٰهَ إِلَّآ أَنْتَ سُبْحٰنَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

“Maka dia (Yunus) memanjatkan doa dalam kegelapan, “Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang berbuat dzalim (atas diriku).” (Q.S. Al-Anbiya : 87)

Nabi Musa AS juga pernah mabuk dalam kerinduan menemui Allah SWT di atas gunung Thursina pada malam hari. Seperti dalam firman-Nya:

وَوٰعَدْنَا مُوْسٰى ثَلٰثِيْنَ لَيْلَةً

“…dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberi Taurat) sesudah berlalu waktu 30 malam.” (Q.S. Al-A’raf : 142)

Dan Nabi Muhammad SAW mencapai tempat yang paling tinggi dalam perjalanan Isra Mi’rajnya juga pada malam hari. Seperti firman-Nya:

سُبْحٰنَ الَّذِيْۤ أَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam.” (Q.S. Al-Isra : 1)

Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda:

إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى فِيْهَا خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

“Pada malam hari ada satu waktu yang jika seorang muslim memohon kebaikan kepada Allah pada saat itu, maka Allah akan mengabulkan permintaannya itu.”

Waktu tersebut ada pada setiap malam. Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَانِ مِنَ اللَّيْلِ يَنْزِلُ مَلَكٌ بِإِذْنِ اللهِ تَعَالَى إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَصِيْحُ وَيَقُوْلُ هَلْ مِنْ صَاحِبِ حَاجَةٍ؟ وَهَذَا اْلوَقْتُ وَقْتُ قَبُوْلِ اْلحَاجَةِ

“Jika dua pertiga malam telah berlalu, maka ada malaikat yang turun ke langit dunia dengan kehendak Allah SWT, ia berkata: “Adakah orang yang mempunyai permintaan?” Dan waktu itu adalah waktu dikabulkannya permintaan.”

Rasulullah SAW bersabda:

“Lakukanlah shalat malam, karena shalat malam itu merupakan kebiasaan orang-orang soleh sebelum kalian. Shalat malam itu akan mendekatkan kalian kepada Allah dan menghapus dosa-dosa kalian.”

Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat tahajjud setiap malam sehingga kedua telapak kaki beliau pecah-pecah. Beliau pernah ditanya, “Wahai Rasulullah, Allah pasti mengampuni kesalahan anda. Tetapi mengapa anda bersusah payah melalukan ini (shalat malam)?”

Rasulullah SAW menjawab, “Apakah bersalah jika aku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah karena telah memberiku banyak kenikmatan? Dia telah membuat aku ada dari ketiadaan. Apakah aku tidak boleh bersyukur, sedang Allah memberi akal, pikiran, pemahaman, kenabian? Apakah aku tidak boleh bersyukur karena Allah telah memberikan taufiq-Nya kepadaku untuk melakukan ketaatan? Apakah aku tidak boleh bersyukur jika Allah pasti akan menerima semua ketaatan dan ibadahku kepada-Nya?”

Ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang baik untuk direnungkan bersama:

يَا حَسْرَتَاهُ لِمَنْ ضَيَّعَ اللَّيْلَ بِاْلغَفْلَةِ وَيَا نَدَمْتَاهُ لِمَنْ أَذْهَبَ النَّهَارَ بِاْلمَعْصِيَةِ أَلَا إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَا يُحْرِقُ صَاحِبَ اْلعَيْنَيْنِ عَيْنٌ تَبْكِيْ فِي اللَّيْلِ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ لَا تَنَامُ مِنَ السَّهْرِ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Alangkah ruginya orang yang menghabiskan malam dengan kelalaian, dan alangkah menyesalnya orang yang melewatkan siang dengan kemaksiatan. Ketahuilah, Allah tidak akan membakar orang yang matanya melakukan dua hal; mata yang selalu menangis dalam kegelapan malam karena takut kepada Allah, dan mata yang terjaga di malam hari untuk melakukan ibadah di jalan Allah.”

Bersambung …

Tinggalkan Balasan