Press "Enter" to skip to content

TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 66 – 68)

0

Lanjutan Terjemah TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 65) karya Syekh Hamami Zada, semoga derajat beliau bersama leluhur dan keturunanya ditinggikan oleh Alloh SWT. Aamiin

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillâĥirrohmânirrohîm

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Allôĥumma Sholli Âlâ Sayyidinâ Muhammad, Allôĥumma Sholli Âlâyĥi wa Sallim

SURAT YASIN AYAT 66

وَلَوْ نَشَآءُ لَطَمَسْنَا عَلٰىۤ أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّى يُبْصِرُوْنَ.

Walaw Nasyyâ-u Lathomasnâ ‘Alâ A’yuniĥim Fastabaqush Shirôto Fa`annâ Yubshirûn[a].

(66) Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari jalan). Maka betapakah mereka dapat melihat(nya)?

Al-Hasan dan al-Sadiy mengatakan bahwa jika saja Allah SWT menghendaki, maka Dia akan menyesatkan mereka dari hidayah dan meninggalkan mereka dalam keadaan kebingungan. Mereka tidak akan mampu melihat jalan yang benar.

Ibn Abbas, Muqatil, Atha, dan Qatadah RA mengatakan bahwa maksud dari ‘menghapuskan penglihatan’ adalah memindahkan penglihatan mereka dari kesesatan menuju hidayah sehingga mereka bisa mengetahui kebenaran dan meninggalkan kesalahan, tetapi semua itu tidak dilakukan oleh Allah SWT.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa jika mereka akan menuju kebenaran, mereka tidak akan mampu, tetapi Allah SWT tidak seperti itu meskipun banyak orang yang tidak mensyukuri hal itu.

SURAT YASIN AYAT 67

وَلَوْ نَشَآءُ لَمَسَخْنٰهُمْ عَلٰى مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطٰعُوْا مُضِيًّا وَّلَا يَرْجِعُوْنَ.

Walaw Nasyâ-u Lamasakhnaaĥum ‘Alâ Makânatiĥim Famastathô’û Mudhiyyan(w) Walâ Yarji’ûn[a].

(67) Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami rubah rupa mereka di tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup lagi.

Jika Allah SWT menghendaki, maka Dia akan menjadikan mereka kera dan babi. Ada yang berpendapat bahwa maksud ayat ini adalah jika Allah SWT menghendaki, maka Dia akan membuat mereka menjadi batu yang terdiam di tempat-tempat mereka, dan arwah mereka tidak dikembalikan lagi kepada tubuh mereka seperti sedia kala. Ada juga yang berpendapat bahwa maksudnya adalah menjadikan mereka tidak akan mampu pergi kemana-mana. Maksudnya, jika Allah SWT menghendaki, maka Dia akan merubah rupa mereka seperti yang pernah dilakukan-Nya pada umat-umat sebelum mereka, tetapi semua itu tidaklah dilakukan-Nya. Oleh karena itu, mengapa mereka tidak pernah mensyukuri semua kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada mereka?

SURAT YASIN AYAT 68

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى اْلخَلْقِ أَفَلَا يَعْقِلُوْنَ.

Waman Nu’ammirĥu Nunakkisĥu Fil Kholqi Afalâ Ya’qilûn[a].

(68) Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?

Allah Maha Kuasa untuk mengembalikan seseorang seperti keadaan ketika dilahirkan dahulu; mencabut segala kekuatan yang ada pada diri seseorang sehingga menjadi lemah dan rapuh. Tetapi semua kejadian ini tidak pernah dipikirkan oleh orang-orang kafir.

Jika Allah Maha Kuasa untuk memutarbalikkan keadaan seseorang ketika hidup, maka Allah Maha Kuasa untuk membangkitkan kembali orang-orang yang sudah mati.

Ada yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata ‘mengembalikan’ (al-naksu) pada ayat di atas adalah hapusnya kemaksiatan. Maksudnya, jika seorang mukmin sudah memasuki masa tua, maka kesalahan kecilnya tidak akan dicatat layaknya kesalahan yang dilakukan anak kecil. Sebuah hadits Qudsi menyatakan:

الشَّيْبُ نُوْرِيْ وَأَنَا أَسْتَحْيِيْ أَنْ أُحْرِقَ نُوْرِيْ بِنَارِيْ

“Uban (di kepala orang yang beriman) adalah cahaya-Ku, dan Aku segan membakar cahaya-Ku dengan api-Ku.”

Bersambung …

Tinggalkan Balasan