Press "Enter" to skip to content

TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 54)

0

TAFSIR SURAT YASIN

Lanjutan Terjemah TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 52 – 53) karya Syekh Hamami Zada, semoga derajat beliau bersama leluhur dan keturunanya ditinggikan oleh Alloh SWT. Aamiin

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillâĥirrohmânirrohîm

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Allôĥumma Sholli Âlâ Sayyidinâ Muhammad, Allôĥumma Sholli Âlâyĥi wa Sallim

SURAT YASIN

AYAT 54

فَاْليَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَّلَا تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.

Falyawma Lâ Tuzhlamu Nafsun(g) Syay-an(w) Walâ Tujzawna Illâ Mâ Kun(g)tum Ta’malûn[a].

(54) Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun; dan kamu tidak dibalas, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.

Allah SWT telah mencipkatan Bani Adam (manusia), memberi mereka akal dan pemahaman, menjelaskan kepada mereka mana yang benar dan mana yang salah, menjelaskan pula kepada mereka balasan perbuatan yang baik dan yang jelek, dan Dia pasti tidak akan berbuat dzalim sedikit pun kepada setiap orang. Allah SWT berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ. وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ.

“Maka barangsiapa berbuat kebaikan meskipun sebesar biji dzarrah, dia pasti akan mendapatkan balasan kebaikan itu; dan barangsiapa berbuat kejelekan meskipun sebesar biji dzarrah, maka dia akan mendapatkan balasan kejelekan itu.” (Q.S. Al-Zalzalah : 7-8)

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan makna al-yaum (pada hari itu). Menurut istilah ulama perbintangan, makna dari kata itu adalah waktu yang panjang diantara terbit matahari sampai terbenam. Abu Hamid al-Ashfahani dalam kitab al-Wujuuh wa al-Nadzaair mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata itu adalah seperti yang dijelaskan dalam al-Quran sampai menjadi empat makna. Pertama, salah satu hari dalam satu tahun yang dipakai oleh Allah untuk menciptakan langit dan bumi seperti dalam firman-Nya:

خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَاْلأَرْضَ فِيْ سِتَّةِ أَيَّامٍ

“Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari.” (Q.S. Al-A’raf : 54)

Kedua, salah satu hari di akhirat, seperti disebutkan dalam ayat berikut:

فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ

“dalam satu hari yang lamanya 50 ribu tahun.” (Q.S. Al-Ma’arij : 4)

Ketiga, hari kiamat, seperti firman Allah berikut:

اْليَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰىۤ أَفْوَاهِهِمْ

“Pada hari itu (kiamat) dibungkamlah mulut-mulut mereka.” (Q.S. Yasin : 65)

Keempat, menunjukkan waktu, seperti dalam firman-Nya:

وَءَاتُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَادِهٖ

“Dan berikanlah haknya pada waktu dipanen (dengan dikeluarkan zakatnya).” (Q.S. Al-An’am : 141)

Ada satu riwayat disebutkan bahwa seseorang bertanya pada si Bahlul (orang yang dianggap gila dan bodoh oleh kebanyakan orang), “Dari mana kamu datang wahai Bahlul?”

“Dari neraka”, jawab si Bahlul.

“Untuk apa kamu pergi ke sana?”

“Untuk mencari api, tapi aku tidak mendapatkannya.”

Orang yang bertanya heran, kemudian ia bertanya lagi, “Apa maksud ucapanmu itu?”

“Setiap orang yang masuk ke dalam neraka, dia masuk bersama api, karena di dunia dia berbuat seperti perbuatan penghuni neraka, maka dia akan masuk neraka bersama api”, jawab si Bahlul.

Sebuah syiir mengatakan:

أَخَذْتُ نَــــــارًا بِيَـــــــدِيْ            وَضَعْتُـــــهَا فِي كَبَــــــدِيْ

إِلَى مَنْ أَشْكُوْ يَا سَيِّدِيْ           أَحْرَقْتُ قَلْبِيْ بِيَـــــــدِيْ

Aku ambil api dengan tanganku

Kuletakkan api itu di hatiku

Pada siapa aku mengadu wahai tuanku

Dengan tangan aku telah membakar hatiku

Itulah yang dimaksud dengan ayat dan kamu tidak dibalas, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.

Pembahasan

Kembali ke pembahasan semula, ketika semua makhluk telah dibangkitkan dari kubur mereka, mereka akan dikumpulkan di pada mahsyar selama 1000 tahun dalam keadaan bertelanjang badan dan kaki, dengan rasa haus dan lapar yang menyiksa. Bagi orang yang meninggal dalam keadaan beriman, waktu yang lama ini seperti hanya sesaat saja.

Aisyah RA bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah wanita dikumpulkan bersama dengan lelaki dalam keadaan telanjang bulat?”

“Ya”, jawab Rasulullah SAW.

“Alangkah jeleknya keadaan itu”, kata Aisyah. Lalu ia pun menangis memikirkan hal itu.

“Jangan menangis, Aisyah! Apakah engkau pernah mendengar firman Allah, ‘setiap orang akan sibuk dengan urusan mereka sendiri.’ Jadi, seseorang tidak mungkin bisa memperhatikan orang yang ada di sekelilingnya, karena gentingnya hari itu”, terang Rasulullah SAW.

Semua makhluk digiring ke padang mahsyar. Orang-orang yang di dunianya berbuat kebaikan, maka kebaikan itu akan menjadi tunggangan (kendaraan) baginya, dia tidak akan berjalan kaki. Sebagian orang berjalan dengan kedua kakinya. Ada juga yang berjalan dengan mukanya. Ada juga yang berjalan dengan kedua tangannya. Dan ketika mereka dikumpulkan di padang mahsyar, matahari bersinar pada ketinggian kira-kira 1 mil di atas kepala; di sekelilingnya neraka; beban dosa dipikul di atas pundak masing-masing.

Karena teriknya matahari, mereka bercucuran keringat hingga ada yang mencapai dua lututnya, ada yang mencapai pusarnya, ada juga yang mencapai lehernya, bahkan ada yang tenggelam dalam keringatnya sendiri.

Pada hari itu tidak ada tempat untuk berteduh kecuali teduhnya Arsy. Ada tujuh golongan yang bisa berteduh di bawah Arsy, yaitu hakim yang adil, orang yang rajin beribadah sejak waktu mudanya, orang yang memakmurkan mesjid, orang yang saling mencintai sesamanya karena Allah, orang yang suka bersedekah, orang yang menolak ajakan wanita cantik untuk berbuat zina, dan orang yang takut kepada Allah sehingga sering menangis meneteskan air mata di pagi dan sore hari. Sebagian makhluk yang lain tetap berada di padang mahsyar di bawah panasnya terik matahari selama 1000 tahun.

Setelah 1000 tahun, orang-orang digiring ke dalam kegelapan. Orang-orang yang beriman keluar dari tempat itu dalam waktu sekejap. Sedangkan orang-orang kafir dan munafik berada dalam kegelapan itu selama 1000 tahun, setelah itu mereka pun keluar.

Setelah tahapan itu, manusia digiring untuk dihisab. Di tempat hisab itu ada 10 pemberhentian. Di tiap pemberhentian, setiap orang berada di sana selama 1000 tahun. Pada tiap pemberhentian itu, setiap orang ditanya tentang semua perbuatannya. Di pemberhentian yang pertama, ditanya tentang shalat dan zakat. Di pemberhentian kedua, ditanya mengenai hawa nafsu. Di pemberhentian ketiga, ditanya mengenai kewajiban kepada orang tua. Di pemberhentian keempat, ditanya mengenai kewajiban kepada anak dan keluarga. Di pemberhentian kelima, ditanya mengenai kewajiban atas pekerjaan. Di pemberhentian keenam, ditanya mengenai kewajiban kepada tetangga dan saudara. Di pemberhentian ketujuh, ditanya tentang silaturahmi. Di pemberhentian kedelapan, ditanya tentang kebencian dan permusuhan. Di pemberhentian kesembilan, ditanya tentang amar ma’ruf dan nahyi munkar. Di pemberhentian kesepuluh, ditanya mengenai ghibah (menjelek-jelekan orang lain), namimah (mengadu domba), dan buhtan (berita bohong/dibuat-buat).

Siapa yang tidak melakukan perbuatan jelek dan selalu menjaga kewajibannya kepada Allah SWT, maka dia akan melewati setiap pemberhentian itu dalam waktu yang sangat cepat. Sedangkan orang yang melanggar kewajibannya kepada Allah SWT, dia akan tinggal di setiap pemberhentian selama 1000 tahun.

Setelah proses hisab itu, manusia digiring pada satu tempat untuk dibagikan buku catatan perbuatan. Di tempat itu, orang-orang berada selama 1000 tahun. Ada yang menerima buku catatan itu dengan tangan kanannya dan mereka kelihatan putih bercahaya. Ada yang menerima buku catatan itu dengan  tangan kirinya dan mereka kelihatan hitam kelam. Ada yang menerima buku catatan itu dari balik punggungnya. Kemudian ada perintah dari Allah:

اقْرَأْ كِتٰبَكَ كَفٰى بِنَفْسِكَ اْليَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًا

“Bacalah buku kamu, pada hari ini cukuplah pertanggungjawaban atas kamu!” (Q.S.

Semua orang mendapatkan apa yang mereka lakukan di dunia pada buku itu; perbuatan yang baik atau pun jelek. Orang-orang berkata, “Aduh celaka, buku ini tidak sedikit pun menghilangkan perbuatan yang kecil maupun yang besar, semuanya dijaga di sini.”

Kemudian semua orang digiring menuju mizan (tempat timbangan). Mizan terletak di depan Arsy. Di sebelah kanan mizan, berdiri malaikat Ridwan dan beberapa malaikat penjaga pintu surga dengan membawa sutera dan buroq (tunggangan yang sangat cepat). Di sebelah kirinya, berdiri malaikat Zabaniyah dengan membawa gada dan belenggu lainnya. Setiap orang maju menghampiri mizan dengan membawa dosa dan pahalanya. Kemudian ada yang berbicara, “Wahai manusia, lihatlah ke mizan! Sekarang dia akan menimbang perbuatan si fulan bin fulan.” Orang-orang berada di hadapan mizan selama 1000 tahun.

Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan, “Pada hari kiamat nanti ada seseorang dari umatku yang dipanggil menuju mizan. Dia membawa 99 wadah dosa dan kesalahan. Allah SWT bertanya kepadanya, “Wahai hamba-Ku, apakah kamu yakin semua ini milikmu?” Orang itu menjawab, “Ya, semua ini perbuatan yang telah hamba lakukan di dunia, tidak ada alasan bagi hamba untuk mengingkarinya.” Kemudian Allah SWT berfirman, “Wahai hamba-Ku, kamu telah berbuat satu kebaikan untuk-Ku, dan Aku tidak akan berbuat dzalim kepadamu hari ini.” Kemudian Dia mengeluarkan catatan sepanjang satu jari, padanya tertulis dua kalimat syahadat.

Lalu Dia berfirman, “Wahai hamba-Ku, selama di dunia kamu tidak melupakan dua kalimat ini sampai kamu mati, maka pada hari ini Aku tidak akan mencabut dua kalimat ini darimu.” Pada hari itu tidak ada seorang pun yang merasa dirugikan. Kemudian orang itu meletakkan 99 wadah dosanya di satu sisi dan meletakkan dua kalimat syahadat di sisi mizan lainnya. Ternyata dua kalimat syahadat itu lebih berat timbangannya daripada 99 wadah dosanya. Karena asma Allah dan kekasih-Nya (Rasulullah SAW) lebih agung dan lebih mulia. Tidak ada satu pun yang bisa menandingi keduanya.”

Aisyah RA bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, apakah orang-orang akan ingat kepada keluarganya pada hari kiamat nanti?” Rasulullah SAW menjawab, “Tentu, kecuali dalam tiga waktu. Pertama, mereka tidak akan ingat kepada keluarganya ketika membaca catatan perbuatannya. Kedua, ketika amal perbuatannya ditimbang. Dan ketiga, ketika menyeberangi shirothol mustaqim.

Pada shirothol mustaqim itu terdapat tujuh pemberhentian. Panjangnnya jembatan itu kira-kira sepanjang perjalanan 3000 tahun. 1000 tahun jalannya menanjak, 1000 tahun lagi menurun, dan 1000 tahun terakhir datar. Pada setiap pemberhentian itu, setiap orang ditanya mengenai satu hal. Pada pemberhentian yang pertama, ditanya mengenai keimanan. Pemberhentian kedua, ditanya mengenai shalat. Pemberhentian ketiga, ditanya mengenai zakat. Pemberhentian keempat, ditanya mengenai puasa. Pemberhentian kelima, ditanya mengenai haji. Pemberhentian keenam, ditanya mengenai wudlu dan mandi besar. Dan pada pemberhentian ketujuh, ditanya mengenai perbuatan dzalim.

Barang siapa yang tidak bisa mempertanggung-jawabkannya, maka di tiap pemberhentian dia akan berada di sana selama 1000 tahun, jika bisa mempertanggungjawabkannya maka ia akan bisa melewatinya hanya dengan waktu yang sesaat. Hari kiamat hanya satu hari, tetapi lamanya kira-kira 1000 tahun dengan mempertimbangkan pemberhentian ini. Pada hari kiamat terdapat 50 pemberhentian, dan masing-masing pemberhentian lamanya kira-kira 1000 tahun.

Orang yang pertama kali melewati shirothol mustaqim adalah Nabi Muhammad SAW. Beliau berdiri di hadapan jembatan itu dan berdoa, “Ya Allah, selamatkanlah umatku.” Setelah beliau, menyusullah yang lainnya.

Malaikat datang membawa bendera. Pada bendera itu tertulis tiga tulisan. Pertama, Bismillaahirrahmaanirrahiim. Kedua, Alhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin. Ketiga, Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasuulullaah. Nabi Muhammad berdiri di bawahnya, kemudian berkumpullah dengannya  para nabi, para ulama, orang-orang soleh, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang berbuat baik. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Adam AS dan yang lainnya ada di bawah benderaku.”

Kemudian datang malaikat membawa sutera, buroq dan mahkota. Mereka memanggil, “Mana as-Saabiquunal Awwaluun (orang-orang yang pertama kali masuk Islam)?” Abu Bakar as-Shiddiq RA menjawab, “Aku memenuhi panggilanmu.” Lalu bendera itu diberikan kepada Abu Bakar as-Shiddiq RA, dan berkumpullah orang-orang Muhaajirin dan orang-orang yang selalu membenarkan ajaran Allah SWT dan rasul-Nya. Mereka masuk surga bersama Abu Bakar as-Shiddiq RA.

Malaikat memanggil kembali dengan membawa bendera, “Mana orang-orang yang menolong agama Islam?” Umar bin Khoththob RA menjawab, “Aku memenuhi panggilanmu.” Lalu bendera itu diberikan kepada Umar bin Khoththob RA, dan berkumpullah bersamanya orang-orang yang berbuat adil, beramar ma’ruf dan nahyi munkar. Mereka masuk surga bersama Umar bin Khoththob RA.

Malaikat memanggil kembali dengan membawa bendera, “Mana orang-orang yang suka menafkahkan hartanya di jalan Allah?” Usman bin Affan RA menjawab, “Aku memenuhi panggilanmu.” Kemudian bendera itu diberikan kepada Usman bin Affan RA, dan berkumpullah bersamanya setiap orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Mereka masuk surga bersama Usman bin Affan RA.

Malaikat memanggil kembali dengan membawa bendera, “Mana para wali Allah?” Ali bin Abi Thalib RA menjawab, “Aku memenuhi panggilanmu.” Kemudian bendera itu diberikan kepada Ali bin Abi Thalib, dan berkumpullah para wali bersamanya. Mereka masuk surga bersama Ali bin Abi Thalib RA.

Malaikat memanggil kembali dengan membawa bendera, “Mana orang-orang yang terbunuh di dunia dengan cara yang dzalim?” Husain bin Ali RA menjawab, “Aku memenuhi panggilanmu.” Kemudian bendera itu diberikan kepada Husain bin Ali RA dan berkumpullah bersamanya orang-orang yang terbunuh dengan cara didzalim. Di depan rombongan mereka ada Fatimah Az-Zahra RA dengan tangan kanannya membawa jubah Husain yang berlumuran darah dan tangan kirinya membawa juban Hasan yang dipenuhi racun. Dia berteriak, “Ya Allah, berilah siksaan kepada orang-orang yang berbuat dzalim.” Lalu Rasulullah SAW menghampirinya dan bersabda, “Wahai Fatimah, ini adalah hari pertolongan bukan hari permusuhan.” Fatimah terdiam setelah mendengar ucapan ayahandanya ini. Kemudian orang-orang yang terdzalimi masuk surga bersama Husain bin Ali RA.

Malaikat memanggil kembali dengan membawa bendera, “Mana orang-orang yang bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya dan tetap dalam taubatnya?” Wasyi yang membunuh Hamzah menjawab, “Aku memenuhi panggilanmu.” Kemudian bendera itu diberikan kepada Wasyi, dan berkumpullah dengannya orang-orang yang bertaubat dengan taubatan nashuha. Mereka masuk surga bersama Wasyi RA.

Malaikat memanggil kembali dengan membawa bendera, “Mana orang-orang yang khusyu dalam shalatnya?”

Malaikat memanggil kembali dengan membawa bendera, “Mana orang-orang yang selalu mengingat Allah?”

Malaikat memanggil kembali dengan membawa bendera, “Mana orang-orang yang takut kepada Allah?”

Para malaikat melakukan hal ini sampai 320 kali berdasarkan jumlah hukum syariat agama Islam. Allah SWT berfirman:

وَسِيْقَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى اْلجَنَّةِ زُمَرًا

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya digiring menuju surga dengan berbondong-bondong.” (Q.S. Az-Zumar : 73)

Kemudian para malaikat memanggil, “Dimana Firaun?” Lalu mereka mendatanginya dan memakaikan mahkota dari neraka di atas kepalanya, dan berkumpullah dengannya orang-orang yang selalu memaksakan kehendak dan orang-orang yang sombong. Rombongan ini dipimpin langsung oleh Firaun, mereka digiring menuju neraka Jahannam.

Para malaikat kembali memanggil, “Dimana Qabil bin Adam?” Lalu mereka mendatanginya, memakaikan belenggu dari neraka pada leher dan kedua kakinya, dan berkumpullah dengannya orang-orang yang suka menghasud dan orang-orang yang membunuh dengan cara yang dzalim. Rombongan ini dipimpin langsung oleh Qabil, mereka digiring menuju neraka Jahannam.

Malaikat kembali memanggil, “Mana Kaab bin al-Asyraf?” Kemudian mereka mendatanginya, memakaikan belenggu di tangannya. Berkumpullan dengannya orang-orang yang suka menyembunyikan kebenaran. Rombongan ini dipimpin langsung oleh Kaab bin al-Asyraf, dan mereka digiring menuju neraka Jahannam.

Malaikat kembali memanggil, “Dimana Abu Jahal bin Hisyam?” Lalu mereka mendatanginya, dan berkumpullah dengannya orang-orang yang tidak mempercayai dan tidak membenarkan para utusan. Rombongan ini dipimpin oleh Abu Jahal, mereka digiring menuju neraka Jahannam.

Malaikat kembali memanggil, “Dimana al-Walid bin al-Mughirah?” Lalu mereka mendatanginya, dan berkumpullah dengannya orang-orang yang suka menghina orang-orang fakir. Rombongan ini dipimpin langsung oleh al-Walid, mereka digiring menuju neraka Jahannam.

Malaikat kembali memanggil, “Dimana Amrul Qais?” Lalu mereka mendatanginya, dan mukanya dalam keadaan hitam legam. Berkumpullan dengannya orang-orang yang suka membuat syair untuk menandingi al-Quran. Rombongan ini dipimpin langsung oleh Amrul Qais, mereka digiring menuju neraka Jahannam.

Peristiwa ini seperti disampaikan Allah SWT:

يَوْمَ نَدْعُوا۟ كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمٰمِهِمْ

“(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya.” (Q.S. Al-Isra : 71)

Sedangkan para penghuni surga menuju ke sebuah tempat yang luas. Di sana ada banyak pepohonan yang beraneka ragam, dengan buahnya juga yang beraneka ragam. Mereka menyaksikan mata air yang sejuk mengalir diantara pepohonan. Berbagai bunga mekar, dan pepohonan memberikan keteduhan yang sangat damai. Mereka duduk-duduk di bawah teduhnya pepohonan sambil meminum air dari mata air yang sejuk itu. Tidak ada kesedihan, kegundahan, perasaan hasud, dengki, sombong dan kemarahan dari mereka karena air itu. Lahir dan bathin mereka bersih laksana perak. Mereka kemudian menunggangi buroq dan menghampiri pintu surga.

Mereka disambut oleh para penjaga surga dengan memakaikan permata dan mutiara di kepala mereka. Mereka disambut dengan ucapan, “Keselamatan atas kalian, masuklah ke dalam surga dan kekal di dalamnya.”

Kemudian mereka masuk surga dan menempati tempatnya masing-masing. Mereka didatangi bidadari sambil membawa baki dari permata dan mutiara yang dipenuhi berbagai macam minuman. Mereka meminum minuman itu dan bersyukur kepada Allah, mereka sibuk dengan segala jenis kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka. Inilah yang dimaksud dengan ayat “Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun”.

Bersambung …

Tinggalkan Balasan