Press "Enter" to skip to content

TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 41 – 46)

0

Lanjutan Terjemah Tafsir Surat Yasin karya Syekh Hamami Zada, semoga derajat beliau bersama leluhur dan keturunanya ditinggikan oleh Alloh SWT. Aamiin

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillâĥirrohmânirrohîm

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Allôĥumma Sholli Âlâ Sayyidinâ Muhammad, Allôĥumma Sholli Âlâyĥi wa Sallim

وَءَايَةٌ لَّهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِى اْلفُلْكِ اْلمَشْحُوْنِ.

Wa-âyatun(l) Laĥum Annâ Hamalnâ Dzurriyyataĥum fil Fulkil Masyhûn[i].

(41) Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan.

Yang dimaksud dengan kata dzurriyat (keturunan) adalah bapak-bapak dan kakek-kakek manusia, sedangkan keturunan terdapat pada anak-anaknya.

Yang dimaksud dengan kata al-fulk adalah bahtera nabi Nuh AS. Semua manusia yang ada sekarang ini merupakan keturunan dari pengikut nabi Nuh AS ketika itu. Ada sebagian ahli tafsir yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kata al-fulk al-masyhuun adalah kapal-kapal pada saat ini. Semua keluarga berada di atas bahtera yang tidak memiliki tangan dan kaki. Semua ini merupakan bukti atas kekuasaan Allah SWT.

وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِّنْ مِّثْلِهٖ مَا يَرْكَبُوْنَ.

Wakholaqnâ Laĥum Min(m) Mitsliĥî Mâ Yarkabûn[a].

(42) dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai yang seperti bahtera itu.

Yang dimaksud dengan ayat ini adalah semua kapal yang dibuat setelah bahtera nabi Nuh AS. Ada juga yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah sampan-sampan yang berlayar di sungai seperti kapal-kapal besar yang berlayar di lautan. Ini merupakan pendapat al-Dlohhak, Qatadah dan yang lainnya.

Diriwayatkan dari Ibn Abbas RA bahwa maksudnya adalah unta di daratan laksana kapal di lautan. Artinya, Allah SWT telah menciptakan bahtera bagi manusia sebagai kendaraan untuk menyeberangi lautan dan menciptakan banyak kendaraan di daratan seperti unta, kuda, dan keledai yang bisa mereka tunggangi, juga bisa digunakan untuk mengangkut perbekalan mereka. Semua ini menunjukkan atas kemahakuasaan dan kemahakuatan Allah SWT.

وَإِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنْقَذُوْنَ.

Wa-in Nasya` Nughriqĥum Falâ Shorîkho Laĥum Walâ Ĥum Yun(g)qodzûn[a].

(43) Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka; maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.

Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia tidak akan menyelamatkan mereka dari banjir hingga mereka tenggelam. Ibn Abbas RA menjelaskan bahwa maksud ayat ini adalah tidak ada seorang pun yang bisa menyelamatkan manusia dari siksaan Allah SWT.

إِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتٰعًا إِلٰى حِيْنٍ.

Illâ Rohmatan(m) Minnâ wa-Matâ’an Ilâ Hîn[in].

(44) Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup pada suatu ketika.

Tidak ada seorang pun yang bisa menyelamatkan mereka dari siksa Allah SWT kecuali kasih sayang-Nya hingga menunda kebinasaan mereka.

وَإِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ أَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

Wa-idzâ Qîla Laĥumut Taqû Mâ Bayna Aidiikum Wamâ Kholfakum La’allakum Turhamûn[a].

(45) Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang supaya kamu mendapat rahmat, (niscaya mereka berpaling).

Yang dimaksud dengan kalimat maa baina aidiikum (yang di hadapanmu) adalah dunia. Artinya, berhati-hatilah dengan dunia dan janganlah mendekatinya terlalu dekat. Ada juga yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat tadi adalah apa yang terjadi pada umat-umat sebelum sekarang. Dan yang dimaksud dengan kalimat wa maa khalfahum (dan siksa yang akan datang) adalah siksa di akhirat. Ini merupakan pendapat dari Qatadah dan Muqatil.

Jadi, jika dikatakan pada orang-orang kafir, “Takutlah kalian akan siksa yang telah Allah datangkan kepada umat sebelum kalian dan siksaan di akhirat nanti, supaya kalian mendapat rahmat-Nya dan supaya menjadi orang-orang yang beriman!”, maka mereka (orang-orang kafir) akan memalingkan muka mereka, tidak akan mendengarkan firman Allah SWT.

Ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat maa baina aidiikum wa maa khalfakum (siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang) adalah dosa-dosa yang telah diperbuat di masa lalu dan dosa-dosa yang akan diperbuat di masa yang akan datang. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa maksud dari keduanya adalah dosa-dosa yang nyata (disadari) dan yang tidak nyata (tidak disadari). Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan siksa yang di hadapanmu adalah siksaan yang turun dari langit, dan siksa yang akan datang adalah siksaan yang keluar dari bumi.

وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ ءَايَةٍ مِّنْ ءَايٰتِ رَبِّهِمْ إِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ.

Wamâ Ta`tîĥim Min Âyatin(m) Min Âyâti Robbiĥim Illâ Kânû ‘Anĥâ Mu’ridhîn[a].

(46) Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.

Yang dimaksud dengan tanda-tanda kekuasaan Tuhan adalah kerasulan Muhammad SAW. Ketika datang Muhammad SAW kepada mereka membawa kerasulannya, mereka berpaling darinya.

Bersambung …

Tinggalkan Balasan