Press "Enter" to skip to content

TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 28 – 32)

0

Lanjutan Terjemah TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 15 – 27) karya Syekh Hamami Zada, semoga derajat beliau bersama leluhur dan keturunanya ditinggikan oleh Alloh SWT. Aamiin

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillâĥirrohmânirrohîm

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

Allôĥumma Sholli Âlâ Sayyidinâ Muhammad, Allôĥumma Sholli Âlâyĥi wa Sallim

SURAT YASIN

AYAT 28 – 32

وَمَآ أَنْزَلْنَا عَلٰى قَوْمِهٖ مِنْ بَعْدِهٖ مِنْ جُنْدٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ.

Wamâ An(g)zalnâ ‘Alâ Qouwmiĥî min(m) Ba’diĥî min(g) Jun(g)din(m) minas Samâ-i Wamâ Kunnâ Mun(g)zilîn[a].

(28) Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) satu pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya.

Setelah Habib meninggal, Allah SWT tidak perlu menurunkan satu pasukan pun dari langit untuk menghancurkan kaum Anthokiyyah, karena menghancurkan mereka itu lebih mudah menurut-Nya daripada yang mereka kira sebelumnya. Kemudian Allah SWT menjelaskan sebab-sebab mereka dihancurkan dengan firman-Nya;

إِنْ كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وٰحِدَةً فَإِذَا هُمْ خٰمِدُوْنَ.

In(g) Kânat Illâ Shoyhatan(w) Wâhidatan(g) Faidzâ Ĥum Khômidûn[a].

(29) Tidak ada siksaan atas mereka melainkan hanya satu teriakan suara saja, maka tiba-tiba mereka semuanya mati.

Yaitu hanya dengan satu teriakan malaikat Jibril saja mereka semuanya mati. Itu hanyalah siksaan yang kecil bagi mereka di dunia.

يٰحَسْرَةً عَلَى اْلعِبَادِ مَا يَأْتِيْهِمْ مِّنْ رَّسُوْلٍ إِلَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ.

Yâhasrotan ‘Alal ‘Ibâdi Mâ Ya`tîĥim Min(r) Rosûlin Illâ Kânû Biĥî Yastaĥzi-ûn[a].

(30) Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang Rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olok.

Ikrimah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata hasrotan dalam ayat di atas artinya adalah penyesalan yang sangat. Ada dua keterangan mengenai kata itu. Pertama, kata itu disampaikan Allah SWT pada hari kiamat nanti kepada orang-orang yang ketika di dunianya tidak beriman kepada para rasul. Kedua, kata itu hanya diucapkan oleh orang-orang yang celaka di akhirat nanti.

Abu al-Aliyah mengatakan bahwa ketika orang-orang Anthokiyyah disiksa oleh Allah SWT, ketiga orang utusan berkata, “Alangkah celakanya mereka!” Ketiganya mengharapkan keimanan tumbuh di hati orang-orang Anthokiyyah, namun itu semua tidaklah memberikan perubahan kepada keadaan mereka.

Orang-orang Arab biasanya ketika mendapatkan sesuatu yang aneh selalu mengucapkan kata itu (yaa hasrotan).

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan penyebab penyesalan mereka, yaitu ketidakpercayaan mereka akan risalah yang disampaikan oleh para utusan, bahkan mereka memperolok-oloknya. Karena itulah mereka akan menyesal di akhirat nanti, namun apalah artinya penyesalan pada saat semua amal perbuatan diperhitungkan (Hisab).

أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنَ اْلقُرُوْنِ أَنَّهُمْ إِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُوْنَ.

Alam Yarow Kam Aĥlaknâ Qoblaĥum Minal Qurûni Annaĥum Ilayĥim Lâ Yarji’ûn[a].

(31) Tidaklah mereka mengetahui berapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwasanya orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka.

Orang-orang Mekah tidak pernah memperhatikan dan mengambil pelajaran dari sejarah yang telah disampaikan kepada mereka bahwa orang-orang yang disiksa oleh Allah SWT karena tidak beriman kepada-Nya pada setiap abad tidak ada satu kaum pun yang selamat atau kembali ke kejayaan mereka, semuanya binasa karena keangkuhan yang mereka perbuat sendiri.

وَإِنْ كُلٌّ لَّمَّا جَمِيْعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ.

Wa-in(g) Kullun(l) Lammâ Jamî’un(l) Ladainâ Muhdhorûn[a].

(32) Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami.

Setiap makhluk akan dikumpulkan di hadapan Allah SWT pada hari kiamat nanti. Di sana mereka akan dibalas oleh-Nya atas apa yang mereka perbuat; jika perbuatannya baik maka balasannya juga akan baik dan jika perbuatannya jelek demikian juga dengan balasannya, pasti akan jelek. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya:

مَا مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَيُكَلِّمُ رَبُّهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَلَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ تُرْجُمَانُ فَيَنْظُرُ ذَلِكَ اْلعَبْدُ يَمِيْنًا وَشِمَالًا فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ مِنْ عَمَلِهِ وَيَنْظُرُ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ فَفِيْ ذَلِكَ اْلوَقْتِ يُسْأَلُ عَنْ خَمْسَةَ أَشْيَاءَ اْلأَوَّلُ يُسْأَلُ مِنْهُ فِيْمَ أَفْنَيْتَ عُمْرَكَ وَالثَّانِي فِيْمَ أَبْلَيْتَ شَبَابَكَ وَالثَّالِثُ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبْتَ مَالَكَ وَالرَّابِعُ فِي أَيِّ شَيْءٍ صَرَّفْتَهُ وَاْلخَامِسُ مَا عَمِلْتَ بِمَا عَلِمْتَ

“Tidak ada seorang pun yang luput dari panggilan Allah pada hari kiamat nanti. Dia akan berhadapan langsung dengan Allah tanpa ada penerjemah. Setiap hamba akan melihat ke sisi kanan dan kirinya. Tidak ada yang dia lihat kecuali hanya perbuatannya. Di hadapannya terbentang neraka. Di saat itu dia akan ditanya mengenai lima hal. Pertama, dia akan ditanya, “Dalam hal apa kamu menghabiskan umurmu?” Kedua, “Dalam hal apa kamu menghabiskan masa mudamu?” Ketiga, “Darimana kamu mencari rizki?” Keempat, “Dalam hal apa kamu membelanjakan hartamu?” Kelima, “Apa saja yang telah kamu perbuat dari ilmu yang telah kamu dapatkan?”

Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda:

أَوَّلُ مَا يُسْأَلُ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ عَنِ النَّعِيْمِ يُقَالُ لَهُ أَلَمْ نُصِحَّ جِسْمَكَ أَلَمْ نُرْوِكَ بِاْلمَاءِ اْلبَارِدِ

“Hal pertama yang akan ditanyakan kepada setiap hamba adalah mengenai kenikmatan. Akan disampaikan kepada mereka pertanyaan, “Bukankan Kami telah memberikan kesehatan pada tubuhmu? Bukankah Kami telah memberikan kesegaran untukmu dengan air yang sejuk?”

Ada sebuah kisah yang menyebutkan bahwa suatu ketika Syekh Abu al-Hasan sedang memberi pelajaran kepada orang-orang. Dalam pelajarannya itu, dia mengatakan bahwa di akhirat nanti setiap hamba akan ditanya mengenai segala hal. Ketika itu lewatlah seseorang di hadapan majelis mereka dan mendengar apa yang disampaikan oleh Abu al-Hasan. Orang itu lalu berhenti dan mendekati pintu majelis lalu berkata, “Janganlah engkau menakut-nakuti orang seperti itu, karena Allah hanya akan menanyakan dua hal kepada hamba-Nya.

Pertama, ‘Wahai hamba-Ku, bagaimana hubunganmu dengan-Ku?’

Kedua, ‘Wahai hamba-Ku, bagaimana hubunganmu dengan sesamamu?’

Setelah mendengar apa yang disampaikan oleh orang itu, Abu al-Hasan tidak bisa memejamkan matanya, pikirannya terus berputar memikirkan perkataan itu. hingga suatu ketika ia jatuh sakit dan memanggil orang yang pernah berkata seperti itu di hadapannya seraya berkata, “Wahai kawan, ternyata pertanyaan Allah lebih mudah dari apa yang kita kira. Dia hanya bertanya, ‘Wahai hamba-Ku, apa yang menipumu sehingga kamu lupa akan Tuhanmu yang Maha Mulia dan kamu berani melanggar perintah-Ku? (Maa gharraka birobbika al-Kariim).”

Disebutkan, bahwa ketika ayat ini diturunkan (Maa gharraka birobbika al-Kariim), Ali bin Abi Thalib berkata, “Tidak ada satu pun yang menipu aku untuk menjauh dari Allah melainkan kebodohanku.”

Fudhail bin Iyadh mengatakan bahwa jika dia ditanya seperti itu (Maa gharraka birobbika al-Kariim), ia akan menjawab, “Yang telah menipuku adalah adanya penghalang antara aku dengan Engkau.”

Sementara Abu Bakar al-Warraq mengatakan bahwa jika dia ditanya dengan pertanyaan yang sama, maka dia akan menjawab, “Yang telah menghalangiku adalah kemuliaan-Mu.”

Tinggalkan Balasan