Press "Enter" to skip to content

TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 13 – 14)

0

Lanjutan Terjemah TAFSIR SURAT YASIN (AYAT 11 – 12) karya Syekh Hamami Zada, semoga derajat beliau bersama leluhur dan keturunanya ditinggikan oleh Alloh SWT. Aamiin

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ

SURAT YASIN

AYAT 13 – 14

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا أَصْحٰبَ اْلقَرْيَةِ إِذْ جَآءَهَا اْلمُرْسَلُوْنَ. إِذْ أَرْسَلْنَآ إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْآ إِنَّآ إِلَيْكُمْ مُّرْسَلُوْنَ.

Wadhrib Laĥum Matsalan Ash-hâbal Qoryati Idz Jâ-aĥal Mursalûn[a]. Idz Arsalnâ Ilaiyĥimutsnayni Fakadzdzabûĥumâ Fa’azzaznâ Bitsâlitsin(g) Faqôlû Innâ Ilaykum Mursalûn[a].

(13) Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (14) (Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga. Maka ketiga utusan itu berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepada kalian.”

Negeri dalam ayat di atas adalah Anthokiyyah. Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk menjelaskan kepada penduduk Mekah mengenai hal-ihwal penduduk Anthokiyyah. Bagi mereka diutus dua orang utusan, tidak seperti kaum lainnya yang hanya diutus satu utusan. Kemudian Allah SWT memperkuat keduanya dengan mengutus utusan yang ketiga dan semuanya mengatakan bahwa mereka diutus oleh Allah SWT kepada penduduk itu untuk mengajak mereka meng-esa-kan-Nya dan hanya beriman kepada-Nya.

Menurut beberapa ahli tafsir bahwa Nabi Isa AS mengutus dua orang utusan dari kaum Hawariyyin untuk pergi ke daerah Anthokiyyah. Ketika dua orang utusan itu telah mendekati daerah Anthokiyyah, keduanya bertemu dengan seorang kakek yang sedang menggembala kambing, dia adalah Habib al-Najjar, orang yang selalu mendawamkan Yasin. Setelah kedua utusan itu mengucap salam kepadanya, dia lalu bertanya kepada keduanya, “Siapakah tuan-tuan ini sebenarnya?”

“Kami adalah utusan nabi Isa AS yang akan menyeru kalian semua penduduk Anthokiyyah dari menyembah berhala menuju menyembah Yang Maha Pengasih kepada umat-Nya”, jawab kedua orang utusan itu.

“Apakah tuan-tuan memiliki bukti?”

“Ya, buktinya adalah kami bisa menyembuhkan orang yang sakit dan menghidupkan orang yang sudah mati dengan izin Allah SWT.”

Mendengar itu Habib al-Najjar tertarik dan berkata, “Saya mempunyai seorang anak yang sudah dua tahun ini sakit. Apakah tuan-tuan bisa menolongnya?”

“Mari tunjukkan anak itu sehingga kami bisa mengetahui keadaannya!”, jawab keduanya.

Berangkatlah ketiganya menuju kediaman Habib al-Najjar. Sesampainya di kediaman Habib al-Najjar, dua orang utusan itu mengusap tangannya kepada anak yang dimaksud, dan dengan izin Allah SWT, seketika anak itu menjadi sehat. Setelah kejadian itu, Habib al-Najjar benar-benar percaya kepada keduanya, dan tersebarlah berita itu ke setiap penjuru daerah sehingga dengan izin Allah SWT, keduanya bisa menyembuhkan banyak orang sakit dengan tangannya.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa orang yang ditemui kedua utusan nabi Isa itu adalah seorang yang buta, dan ketika dia dipanggil oleh keduanya, dia mendadak bisa melihat atas kehendak Allah SWT.

Disebutkan, bahwa daerah Anthokiyyah dipimpin oleh seorang raja yang bernama Afthikhis. Dia adalah seorang raja terkemuka dari Yunani penyembah berhala. Ketika sampai berita kepadanya mengenai kedua orang utusan nabi Isa AS itu, dia memanggil keduanya. Setelah bertemu, dia bertanya, “Siapakah kalian berdua?”

“Kami adalah  utusan nabi Isa AS”, jawab kedua utusan itu.

“Untuk maksud apa kalian datang ke daerah kami?” tanya sang raja kembali.

“Kami datang untuk menyeru tuan dari menyembah sesuatu yang tidak bisa mendengar dan melihat menuju menyembah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.”

“Memangnya ada Tuhan selain tuhan yang kami sembah?” tanya sang raja kembali.

“Ada tuan, Dia adalah dzat yang membuat tuan menjadi ada dan yang mengurus tuan beserta tuhan yang tuan sembah.”

Mendengar itu sang raja berkata, “Berdirilah kalian! Pergilah sehingga aku bisa melihat apa yang akan terjadi kepada kalian berdua.”

Kedua utusan itu lalu pergi meninggalkan sang raja, dan setelah keluar dari istana mereka berdua diikuti oleh banyak orang. Sesampainya di pasar, orang-orang itu lalu menangkap dan memukuli keduanya.

Pendapat Wahab menyebutkan bahwa nabi Isa AS mengutus dua orang utusan ke daerah Anthokiyyah. Namun, setelah sampai ke daerah tersebut, kedua orang ini tidak bisa menemui sang raja hingga beberapa waktu yang cukup lama. Suatu hari, keluarlah raja dari istananya menuju satu lapangan. Ketika dua orang utusan itu bertemu dengannya, serentak keduanya bertakbir dan berdzikir kepada Allah SWT. Hal tersebut membuat sang raja marah, dan memerintahkan pengawalnya untuk menangkap dan mencambuk keduanya seratus kali cambukan. Semua penduduk daerah itu dengan kompak mengatakan bahwa kedua utusan itu telah berbuat bohong, oleh karena itu keduanya layak dicambuk.

Mendengar berita itu, nabi Isa AS mengutus kepala suku Hawariyyin, Syam’un, untuk menyusul kedua orang utusan tadi. Maka berangkatlah Syam’un dengan cara menyamar. Ia berhasil masuk ke dalam rumah tahanan dan memperdayai sipir dengan alasan ingin bersedekah kepada semua pesakitan dengan beberapa roti yang dibawanya. Setelah berhasil masuk dan bertemu dengan kedua utusannya, ia bertanya mengenai kabar keduanya dan berkata,

“Kalian sedikit terburu-buru. Kenapa kalian tidak menjalankan misi ini dengan santai dan lemah lembut? Masalah ini ibarat seorang perempuan yang menginginkan seorang anak, dan ia baru bisa melahirkan ketika usianya sudah senja, tidak pada saat mudanya. Perempuan ini bermaksud membesarkan anaknya dalam waktu  yang singkat, lalu ia memberinya roti sebagai makanannya. Meskipun roti itu berhasil masuk perut anaknya tetapi anak itu masih belum tahu bagaimana caranya makan, seperti itulah apa yang kalian perbuat kemarin. Bukankah kalian pernah mendengar bahwa terburu-buru itu perbuatan syetan, dan hati-hati itu adalah yang diajarkan Yang Maha Pengasih?”

Kemudian Syam’un keluar dari rumah tahanan itu, dan ia mulai berusaha untuk mendekati para pengawal pribadi raja. Usahanya tidak sia-sia, ia berhasil dipercaya para pengawal pribadi raja, sehingga mereka sudah melupakan darimana asal Syam’un si penyamar itu. Berita kedekatan Syam’un dengan para pengawal pribadi raja sampai juga ke telinga sang raja. Sang raja lalu memanggilnya dan menyatakan bahwa ia tidak keberatan dengan kedekatan Syam’un dengan para pengawal pribadinya. Perkataan raja ini dibuktikan dengan perlakuan spesial kepada Syam’un.

Suatu ketika Syam’un yang sudah sangat dekat dengan raja mulai memberanikan diri untuk mengungkap kisah kedua utusannya dan berkata, “Wahai baginda raja, saya mendapat kabar bahwa baginda memenjarakan dua orang utusan, baginda juga memerintahkan orang-orang untuk memukuli mereka ketika mereka mengajak baginda untuk memeluk agama selain agama yang baginda peluk. Sudikah kiranya baginda mengizinkan saja untuk bisa bertemu dan mendengar alasan keduanya?”

“Tidak bisa! Kemarahanku sudah menghalangi antara aku dengan kedua orang hina itu,” jawab sang raja.

Syam’un berusaha meyakinkan dan berkata, “Bagaimana jika saya menemukan kebenaran dari pengakuannya, sehingga kita bisa membahas apa yang telah mereka lakukan?”

Setelah berusaha keras, akhirnya Syam’un berhasil meyakinkan sang raja dan sang raja pun memanggil keduanya untuk menghadap. Setelah kedua utusan itu datang, Syam’un pun mulai berpura-pura menginterogasi keduanya dan bertanya, “Siapa yang mengirimkan kalian berdua ke daerah ini?”

“Yang mengirim kami adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu. Dia adalah dzat yang tidak ada seorang pun menjadi sekutu-Nya,” jawab keduanya.

“Apakah kalian bisa mengungkapkan sifat-sifat Tuhan yang kalian sebutkan itu?” Syam’un kembali bertanya.

“Dia adalah dzat yang berbuat apa yang Ia kehendaki, dan menghukum siapa pun yang Ia mau.”

“Bukti apa yang bisa kalian berikan dari pengakuan kalian itu?” tanya Syam’un kembali.

“Apa pun yang dikehendaki raja, kami siap untuk membuktikannya.”

Mendengar itu sang raja terkejut, lalu ia memerintahkan para pengawalnya untuk membawa seorang pemuda yang buta, kedua kelopak matanya rata seperti kening. Kedua utusan itu lalu berdo’a memohon kepada Allah SWT untuk kesembuhan pemuda itu. Belum selesai do’a yang mereka panjatkan, kedua kelopak mata pemuda itu terbuka, lalu kedua utusan mengusap mata pemuda itu, dan dengan izin Allah SWT pemuda itu bisa melihat tanpa ada cacat yang terlihat sedikit pun. Melihat itu sang raja kembali terkejut, ia seolah tidak percaya pada apa yang ia saksikan.

Syam’un kemudian berkata, “Wahai baginda, jika baginda meminta kepada tuhan yang baginda sembah atas apa yang terjadi serupa tadi, maka kemuliaan akan diberikan kepada baginda dan tuhan yang baginda sembah.”

Mendengar permintaan Syam’un itu, sang raja berkata, “Wahai Syam’un, bagimu aku tidak akan menyembunyikan sedikit pun rahasia. Sesungguhnya tuhan yang kami sembah adalah tuhan yang tidak mendengar dan melihat serta tidak ada manfaat sedikit pun yang kami dapatkan darinya.”

Sang raja berkata kepada Syam’un seperti itu karena setiap kali sang raja beribadah kepada tuhannya, Syam’un selalu ikut beribadah kepadanya, ia berpura-pura menyembahnya sesering mungkin dan merendahkan diri di hadapan tuhan raja itu, sehingga sang raja dan para pengawalnya menyangka bahwa Syam’un ada dalam agama yang mereka genggam.

Sang raja lalu menemui kedua utusan itu dan berkata, “Jika Tuhan yang kalian sembah itu mampu menghidupkan orang yang sudah mati, maka kami akan beriman kepada-Nya dan percaya pada apa yang kalian katakan.”

“Tuhan kami berkuasa atas segala apa pun,” jawab keduanya.

“Di sini ada seorang yang sudah tujuh hari meninggal. Sengaja aku belum menguburkannya, karena ayahnya belum pulang dari pengembaraan,” kata sang raja kembali.

Mereka lalu mendatangi mayat yang dimaksud sang raja. Setelah mereka sampai, kelihatan bahwa mayat itu sudah berubah warna karena sudah lama. Lalu kedua utusan itu berdoa kepada Allah SWT dengan suara yang keras diikuti oleh Syam’un yang hanya berdoa dalam hatinya saja. Setelah mereka berdoa, dengan izin Allah SWT, mayat itu berdiri dan berkata, “Aku sudah meninggal selama tujuh hari dalam keadaan musyrik kepada Allah SWT. Selama itu pula aku dimasukkan ke dalam tujuh jurang neraka. Aku akan memberi peringatan kepada kalian semua, berimanlah hanya kepada Allah SWT! Pintu langit telah dibuka, jika kalian melihat seperti yang aku saksikan maka kalian akan mendapatkan seorang anak muda yang berparas tampan memberi pertolongan kepada ketiga orang ini.”

“Siapa ketiga orang yang kau maksud itu?”, tanya sang raja.

“Yang satunya Syam’un dan yang lainnya adalah kedua orang utusan ini,” jawab pemuda itu.

Mendengar itu sang raja terkejut bukan main, lalu tertegun dengan apa yang ia saksikan. Setelah Syam’un yakin bahwa apa yang dikatakannya mempengaruhi keimanan sang raja, ia pun menjelaskan yang sebenarnya bahwa ia adalah utusan yang ketiga. Ia kemudian mengajak sang raja untuk memeluk agama Islam. Sang raja pun tidak berpikir lama, ia pun masuk Islam disertai hampir seluruh rakyatnya, karena diantara mereka masih ada yang tetap dalam kekafiran. Bagi orang-orang yang tidak mau beriman, malaikat Jibril mengeluarkan suaranya yang keras sehingga mereka semua celaka karena suara itu.

Riwayat lain menyebutkan bahwa yang meninggal itu adalah anak perempuan sang raja. Lalu Syam’un menawarkan kepada sang raja untuk menghidupkan kembali mayat anak perempuannya itu dengan perantaraan kedua orang utusan. Lalu raja mendatangi keduanya dan meminta untuk menghidupkan kembali anak perempuannya yang sudah meninggal itu. Kedua orang utusan lalu berdiri dan melaksanakan shalat, kemudian berdoa kepada Allah SWT dengan suara yang keras diikuti oleh Syam’un yang hanya berdoa dalam hati saja. Setelah mereka berdoa, Allah SWT menghidupkannya; terbelahlah kuburnya dan keluarlah mayat anak perempuan raja itu seraya berkata, “Masuklah kalian semua ke dalam agama Islam, karena kedua orang ini telah berkata benar, jika kalian tidak beriman makan kalian tidak akan selamat.”

Sang raja bertanya kepada anaknya itu, “Bagaimana keadaanmu di akhirat?”

“Aku menjalani tujuh hari semenjak kematian, aku disodori semua amal perbuatan yang pernah aku lakukan dan aku mendapati diriku sebagai orang kafir. Setelah itu, aku disiksa setiap hari di sebuah tempat di neraka. Setiap siksaan yang aku terima berbeda dengan siksaan sebelumnya. Ketika aku menjalani siksaanku di hari ke tujuh, para malaikat datang membawa ruh dan memasukkannya ke dalam jasadku. Mereka memerintahkan supaya aku menatap langit, dan ketika aku menatap langit aku melihat pintu-pintunya terbuka dan seorang pemuda berparas tampan dengan sorbannya memberi pertolongan kepada ketiga orang itu,” jawab anak perempuannya.

“Siapa ketiga orang yang kau maksud itu, anakku?” tanya sang raja.

“Orang ini (sambil menunjuk Syam’un), dan kedua orang itu (sambil menunjuk kedua orang utusan). Ayah, mereka telah menyelamatkanku dari kesengsaraan dan mengeluarkan aku dari siksa neraka. Karena merekalah, aku bisa kembali membuka kedua mataku dan menyaksikan diriku ada di tempat ini”, jawab anaknya.

Kemudian si anak raja itu meminta kepada kedua orang utusan untuk mengembalikannya kembali  menjadi mayat. Kedua orang utusan itu lalu mengabulkan dan kembalilah si anak raja itu menghuni kuburannya seperti sedia kala.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa sebelum si anak perempuan raja itu kembali menjadi mayat dan dimasukkan kembali ke kuburannya, ia menyatakan keimanannya dahulu kepada Allah SWT.

Ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa sang raja tidak beriman, ia tetap berada dalam kekufurannya. Dan setelah kejadian itu, sang raja berkata kepada mereka bertiga, “Kalian datang ke negeri ini dengan kemunafikan.” 

Bersambung …

Tinggalkan Balasan